MUSDALIFAH – MINA: Perjuangan Penyempurna Rukun Sebelumnya

Air mata yang menetes deras melepas tanah yang penuh rahmat dan harap, bumi Arafah. Setelah menyelesaikan tahapan-tahapan ibadah haji sebelumnya, kami kini tiba pada dua tempat yang penuh makna, yaitu Muzdalifah dan Mina. Muzdalifah dan Mina bukan sekadar tempat singgah dalam perjalanan haji, melainkan saksi bisu dari perjuangan dan keikhlasan para jamaah dalam menyempurnakan wajib haji. Tahun ini, saya mendapatkan amanah yang sangat berharga untuk menjadi pembimbing ibadah haji, mendampingi jamaah dalam perjalanan suci mereka ke Makkah. Ini adalah haji kedua bagi saya, namun kali ini dengan tanggung jawab yang lebih besar dan amanah yang lebih dalam.
Di Muzdalifah, kami berkumpul bersama, mengumpulkan kerikil-kerikil yang belum terkumpul di Arafah yang akan digunakan untuk melempar jumrah di Mina. Malam di Muzdalifah adalah malam perenungan dan refleksi, di mana kami diingatkan kembali tentang hakikat hidup dan tujuan dari perjalanan ini. Di sini, saya merasakan ketenangan yang luar biasa, meskipun hanya beralaskan karpet dan beratap langit di tengah ribuan jamaah lainnya. Kebersamaan dalam keheningan ini mengingatkan kami pada pentingnya kesabaran, kerendahan hati, dan kebersamaan dalam menjalani setiap langkah kehidupan.
Setelah beristirahat di Muzdalifah, kami melanjutkan perjalanan menuju Mina. Perjuangan berikutnya adalah antri bus yang sudah ditata, saling berjubel dan berebut untuk sampai di Mina lebih dulu. Mina adalah tempat di mana kami menjalankan salah satu wajib haji yang paling mendebarkan, yaitu mabit dan melempar jumrah. Tindakan ini melambangkan penolakan terhadap godaan dan keburukan, serta komitmen kami untuk selalu berada di jalan yang benar. Sebagai pembimbing, saya melihat semangat dan tekad yang membara dari para jamaah. Meskipun panas terik dan kelelahan menyertai, semangat mereka tidak pernah surut. Hal ini mengingatkan kami semua bahwa dalam kehidupan, selalu ada tantangan dan cobaan, tetapi dengan niat yang tulus dan usaha yang keras, kami bisa mengatasinya.
Melalui pengalaman ini, saya belajar bahwa Muzdalifah dan Mina bukan hanya tentang menyelesaikan wajib haji, tetapi juga tentang menyempurnakan rukun haji, memperkuat iman, dan memperdalam makna pengabdian kami kepada Allah. Sebagai pembimbing, saya merasa terhormat dapat mendampingi para jamaah dalam perjalanan spiritual ini. Semoga setiap langkah yang kami ambil di tanah suci ini menjadi berkah dan membawa kami semakin dekat kepada-Nya.
Dengan semangat yang sama, mari kita jadikan setiap perjuangan sebagai pengingat akan niat suci kita dalam berhaji. Semoga Allah menerima ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memberikan kita kekuatan untuk selalu istiqamah di jalan-Nya. Amin.
Saat kami tiba di Mina, suasana yang penuh semangat semakin terasa. Kami bersama-sama menghadapi tantangan fisik dan mental, melempar jumrah dengan penuh keyakinan. Setiap lemparan menjadi simbol keteguhan hati kami dalam menjauhi segala bentuk godaan duniawi. Bimbingan yang saya berikan kepada jamaah, diiringi dengan doa dan dukungan, memberikan kekuatan tersendiri bagi mereka. Saya melihat bagaimana setiap individu, baik yang muda maupun yang lanjut usia, berjuang dengan penuh semangat untuk menyempurnakan ibadah mereka.
Di Mina, kami juga mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Melalui tindakan simbolis penyembelihan hewan kurban, kami diingatkan akan pentingnya pengorbanan dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan. Pengalaman ini mengajarkan kami untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan dan untuk senantiasa berbagi dengan sesama.
Selama perjalanan ini, saya juga belajar banyak dari para jamaah yang saya bimbing. Ketulusan hati mereka, semangat mereka dalam menjalankan setiap rukun haji, dan doa-doa mereka yang tulus menjadi inspirasi bagi saya. Amanah sebagai pembimbing ini bukan hanya tentang memberikan arahan, tetapi juga tentang menyerap hikmah dari setiap langkah yang kami ambil bersama.
Setiap momen di Muzdalifah dan Mina memperkuat tekad kami untuk terus memperbaiki diri dan menjadi hamba yang lebih baik. Perjalanan haji ini bukan hanya tentang memenuhi kewajiban agama, tetapi juga tentang menemukan kedamaian batin dan mendapatkan keberkahan dari Allah. Semoga pengalaman ini menjadi bekal berharga bagi kami semua dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, marilah kita terus menjaga niat suci dalam hati, berusaha untuk selalu berada di jalan yang diridhoi-Nya. Semoga Allah menerima setiap ibadah yang kita lakukan, mengampuni segala khilaf dan dosa, serta memberikan kita kekuatan untuk selalu istiqamah dalam iman dan taqwa. Amin.
Muzdalifah – Mina, 10 Dzulhijjah 1445 H
H. Mahrizal Luthfi Bahari