Masya Allah… Rasanya Seperti Mimpi

Kamis, 15 Mei 2025 sebuah hari yang awalnya berjalan seperti biasa. Pagi itu saya berangkat ke sekolah, menjalankan tugas harian saya sebagai pendidik di SMK Negeri 2 Blitar. Tidak ada firasat apa pun. Rutinitas berjalan sebagaimana mestinya: mengajar, membimbing siswa, berdiskusi dengan rekan sejawat, lalu kembali ke rumah menjelang sore.
Selepas Magrib, seperti malam-malam sebelumnya, saya mengikuti kegiatan rutinan Yasinan dan Tahlil di lingkungan sekitar rumah. Sebuah kebiasaan yang bukan hanya menjadi ibadah, tetapi juga tempat saya menemukan ketenangan dan energi spiritual setelah seharian beraktivitas.
Usai Isya, saya bercengkerama santai bersama keluarga. Kami duduk di ruang tengah, saling berbagi cerita, tertawa, dan sesekali membuka ponsel, scrolling media sosial, membaca berita, dan aktivitas kecil lainnya yang biasa dilakukan di sela-sela waktu luang.
Namun malam itu berubah menjadi malam yang tak akan pernah saya lupakan.
Sebuah pesan WhatsApp masuk. Pengirimnya adalah Bapak Kepala Sekolah. Saya baca sekilas. Kalimatnya singkat, tapi menggetarkan hati. Ada harapan besar di dalamnya, tapi juga memunculkan berbagai pertanyaan dalam pikiran saya. Saya masih belum paham sepenuhnya, hingga sekitar 10 menit kemudian, ponsel saya berdering. Beliau menelepon langsung.
Bersamaan dengan panggilan itu, saya menerima sebuah file PDF melalui WA. Saya segera mengangkat telepon. Dalam panggilan tersebut, dengan suara tenang dan penuh makna, beliau menyampaikan kabar yang membuat saya nyaris tak bisa berkata-kata:
“Besok pagi, Anda akan dilantik sebagai Kepala Sekolah. Pukul 09.30 WIB, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.”
Saya terdiam. Kaget. Antara percaya dan tidak percaya. Suara saya terbata-bata menjawab beliau. Kalimat demi kalimat dari beliau saya dengarkan dengan penuh rasa haru, dan di saat bersamaan, tubuh saya mulai bergetar. Perasaan campur aduk—bahagia, gugup, terharu, dan masih tak percaya.
Selesai telepon, saya langsung membuka file PDF yang ternyata adalah undangan resmi pelantikan kepala sekolah. Saya membacanya berulang kali. Ini nyata. Bukan mimpi.
Dengan perasaan penuh syukur, saya segera menyampaikan kabar ini kepada istri tercinta. Air mata haru menetes. Tidak ada kata lain selain “Alhamdulillah” yang keluar dari bibir kami. Sungguh ini anugerah besar dari Allah SWT.
Malam itu juga kami langsung bersiap. Waktu begitu sempit, dan kami harus menyiapkan segala sesuatu untuk perjalanan ke Surabaya. Baju, sepatu, dokumen, perlengkapan pribadi, hingga rencana perjalanan—semua harus disusun dengan cepat tapi tetap matang.
Pukul 03.00 dini hari, kami memulai perjalanan. Saya ditemani istri, dengan driver keluarga kami, Mas Win, si bungsu yang selalu siap sedia dan setia menemani kapan pun dibutuhkan. Obrolan-obrolan ringan mengisi perjalanan, membuat rasa gugup sedikit mereda. Tanpa terasa kami sudah sampai di daerah Kediri.
Dan di sinilah ada kejadian kecil yang tak terlupakan: saya baru sadar bahwa saya lupa membawa PIN Korpri dan papan nama!
Saking riwehnya malam sebelumnya, dua atribut penting itu terlewat dari daftar bawaan. Tapi Alhamdulillah, dengan usaha dan pertolongan Allah, semuanya bisa diatasi dengan baik. Cerita lengkapnya mungkin akan saya tulis di kesempatan lain—karena ini sendiri bisa jadi satu bab khusus yang penuh warna 😄.
Kami melanjutkan perjalanan via tol, dan sempat transit sebentar di rest area untuk sekadar meregangkan badan dan mengisi tenaga. Sekitar pukul 09.10, kami tiba di Gedung Negara Grahadi Surabaya. Waktu yang sangat cukup untuk bersiap-siap sebelum prosesi dimulai.
Dan… Alhamdulillah. Masya Allah. Semua berjalan dengan lancar.
Suasana khidmat menyelimuti ruangan pelantikan. Para undangan hadir dengan penuh semangat. Ketika nama saya dipanggil untuk maju ke depan dan menerima SK pelantikan, hati saya bergetar. Langkah terasa ringan, tapi juga berat. Ini bukan sekadar jabatan. Ini adalah amanah. Ini adalah tanggung jawab besar.
Saya berdiri dengan penuh rasa syukur dan haru. Dalam hati saya berbisik:
“Ya Allah… Ini nyata. Ini bukan mimpi.”
Pelantikan selesai. Saya resmi menjabat sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 Bendungan.
Perjalanan panjang saya di dunia pendidikan, khususnya di SMK Negeri 2 Blitar, telah mengantarkan saya ke titik ini. Dari seorang guru yang belajar dan bertumbuh bersama siswa dan rekan-rekan hebat, kini saya mengemban tugas sebagai pemimpin lembaga pendidikan. Bukan karena saya lebih baik, tetapi karena ini adalah panggilan amanah yang harus saya jawab.
Saya mohon doa dan dukungan dari semua sahabat, guru, dan keluarga besar yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya.
Semoga saya dapat menjalankan tugas ini dengan penuh keikhlasan, kesungguhan, dan keberkahan.
Akhir kata, saya hanya bisa berkata:
Alhamdulillah. Masya Allah. Rasanya seperti mimpi.
Semoga mimpi ini menjadi nyata yang membawa manfaat, kebaikan, dan keberkahan untuk semua.
Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
