Jurnal Dwi Mingguan Modul 2.3
Coaching untuk Supervisi Akademik
What ?
Modul 2.3 adalah modul terakhir dalam paket modul 2. Di modul ini, saya mempelajari tentang coaching untuk supervisi akademik. Awalnya, saya berpikir bahwa coaching sama dengan mentoring dan konseling, di mana terdapat interaksi tanya jawab untuk memberikan solusi terhadap permasalahan. Namun, setelah membaca secara mandiri di alur eksplorasi konsep, saya menemukan bahwa coaching merupakan proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis. Dalam coaching, coach membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi. Coaching menjadi kunci untuk membuka potensi seseorang agar dapat memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih bertujuan untuk membantu seseorang belajar, bukan mengajarinya. Coaching merupakan bentuk kemitraan antara coach dan coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran serta kreativitas.
Ketika sedang berada di ruang kolaborasi, saya dan beberapa rekan CGP lainnya mendapatkan dukungan dari fasilitator dalam hal praktik coaching. Kami kemudian berlatih coaching melalui meet dengan berpasangan sebagai coach dan coachee. Meskipun saya sudah mendapat penguatan dari fasilitator, saya kaget dan bingung ketika disuruh langsung berlatih coaching di BOR. Saya awalnya mengira bahwa kegiatan di ruang kolaborasi ini hanya akan melibatkan analisis kasus seperti di modul-modul sebelumnya, ternyata saya salah. Saya dan pasangan saya berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan latihan tersebut dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan. Kami berdua ternyata memiliki pemahaman yang minim terkait coaching. Meskipun demikian, kami berhasil menyelesaikan kegiatan tersebut dengan berbagai pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga.
Pada sesi kedua ruang kolaborasi, kami diminta untuk melakukan praktik coaching dengan durasi 15 menit setiap anggota CGP. Saya memilih tema yang sama dengan latihan coaching sebelumnya dan bersama teman saya, kami memahami alur tirta dengan baik serta memperbaiki kesalahan yang kami lakukan pada latihan sebelumnya. Kami memperbaiki asumsi yang salah selama latihan dan akhirnya dapat menyelesaikan sesi ini dengan baik. Kegiatan ini direkam secara langsung melalui Google Meet dan hasil rekaman kemudian diunggah ke LMS sebagai tugas ruang kolaborasi setelah diperbaiki dengan menambahkan intro dan penutup yang menarik.
Saat mengikuti sesi demonstrasi kontekstual, saya dan rekan-rekan CGP saya ditugaskan untuk membuat video praktik coaching dalam kelompok tiga orang. Saya berada dalam kelompok dengan Bu Evi Nuraini dan Bu Istiretno Pramudya W. Dalam praktik coaching ini, kami harus memainkan tiga peran yang berbeda, yaitu sebagai pengamat, coach, dan coachee. Saya merasa sangat tertarik ketika saya ditugaskan untuk berperan sebagai pengamat dalam video pertama, dan merasa senang karena merasa ada ilmu baru yang akan saya pelajari.
So What ?
Awalnya, saya merasa bingung, ragu, dan cemas ketika pertama kali melakukan praktik coaching. Tapi, saya melihat itu sebagai tantangan dan saya berusaha mengatasi rasa ragu dan cemas tersebut. Saya merasa beruntung karena di ruang kolaborasi, saya bisa berlatih melakukan coaching dengan rekan CGP sebagai pasangan. Dengan menggunakan alur TIRTA, saya merasa lebih terarah dalam melakukan praktik coaching. Meskipun masih belum sempurna, saya merasa senang karena saya bisa melakukannya dengan baik. Saya menyadari bahwa latihan yang berkelanjutan diperlukan agar coaching dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh coachee. Praktik coaching ini juga membantu saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang dalam sosial dan emosional. Di sini, saya dapat mempraktikkan keterampilan sosial dan emosional serta mindfulness saya. Meskipun masih belum sempurna, saya akan terus berlatih dan berusaha untuk menjadi lebih baik.
Saya merasa bahagia ketika coachee dapat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dan mencapai tujuannya. Melalui aksi nyata, saya juga merasa senang karena dapat membantu rekan sejawat untuk mencapai potensi terbaiknya dengan memberikan pertanyaan berbobot. Saya melihat rekan saya sebagai coachee merasakan hal yang sama, mereka senang ketika dapat menemukan solusi yang sesuai dengan harapan mereka. Melalui praktik coaching, saya berharap memberikan pembelajaran dan pengalaman hidup kepada coachee sehingga mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu memaksimalkan potensi dan profesionalisme mereka.Setelah melakukan praktik coaching, saya tetap merasa senang dan optimis bahwa rekan saya akan menjadi seseorang yang berdaya dengan memaksimalkan potensinya.
Saya sadar bahwa praktik coaching akan semakin efektif jika dilakukan secara teratur. Oleh karena itu, saya berusaha untuk mengasah keterampilan coaching saya dengan menerapkannya dalam setiap kesempatan yang ada. Ketika seseorang meminta saran atau solusi dari saya, saya mencoba untuk menggunakan teknik coaching agar dapat membantu mereka mengeksplorasi ide-ide kreatif mereka dan meningkatkan kinerja mereka. Saya percaya bahwa dengan coaching, coachee akan dapat mencapai potensinya yang maksimal dan merasa lebih bertanggung jawab atas keputusan yang mereka ambil.
Now What ?
Coaching bertujuan untuk membimbing coachee dalam menemukan ide atau solusi baru untuk mengatasi tantangan yang dihadapinya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tugas seorang coach adalah mendampingi dan mengarahkan coachee melalui pendekatan mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tepat agar coachee bisa merefleksikan tujuan yang ingin dicapainya sendiri. Namun, jika seorang coach mengambil langkah yang tidak sesuai dengan tujuan coaching, maka pengalaman hidup dan pengembangan diri coachee bisa berbeda. Coachee hanya akan mengikuti saran atau masukan yang diberikan oleh coach tanpa mencari solusi sendiri untuk mengatasi masalahnya. Hal ini juga dapat menghambat potensi diri coachee untuk tumbuh dan berkembang.
Bagaimana saya bisa memperoleh informasi lebih lanjut tentang praktik coaching? Selain dari modul 2.3 ini, saya dapat mencari informasi dan pengetahuan tentang coaching dari berbagai sumber referensi, seperti artikel ilmiah, buku, video praktik coaching, narasumber, dan lain-lain. Dalam upaya ini, saya juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, seperti pimpinan sekolah, rekan sejawat, teman se-CGP, keluarga, dan masyarakat di sekitar saya.
Saya berharap bahwa pengetahuan dan pengalaman yang telah saya peroleh dalam coaching dapat saya bagikan kepada rekan sejawat agar mereka juga dapat memanfaatkannya untuk mengembangkan potensi murid dan rekan kerja mereka. Hal ini bertujuan agar mereka tidak kehilangan arah dan mampu menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri tanpa membahayakan diri. Saya berharap dapat menerapkan teknik coaching dengan alur yang tepat dan semoga dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua yang terlibat di dalamnya.
Ini adalah refleksi saya setelah menyelesaikan modul 2.3. Semoga apa yang telah saya pelajari dapat memberikan manfaat bagi saya dan orang lain.
Salam dan Bahagia